Senin, 08 Oktober 2012

Torsa Sian Tano Rilmafrid* #3

Tags

Cerita Bersambung Martin Siregar
Bagian 3.
 
parade orang


Saling memberi apresiasi terhadap karya sastra khususnya karya Mario Puzo serta mendiskusikannya sepanjang malam adalah alat perekat persahabatan Tigor dan Mikail. Apalagi sehabis nonton film-film Itali bertema spionase, pastilah Tigor sampai harus tidur di rumah Mikail guna memperbincangkan film-film tersebut. Lantas, pada sore hari sehabis kuliah parkir di rumah Susanti menceritakan segala hasil diskusi mereka sambil makan pisang goreng. Susanti akan sangat bahagia apabila Tigor dan Mikail berebut bercerita tentang proses diskusi mereka. Kedua lelaki itu sangat mengasihi Susanti, walaupun dengan intensitas yang berbeda. Dan, secara tidak langsung Susanti merasa ilmu pengetahuannya banyak bertambah akibat diskusi kedua kawan akrabnya yang kutu buku itu.
Bukan, berarti Tigor tidak menghargai suasana pribadi yang perlu dinikmati pasangan Mikail dan Susanti. Pada moment-moment tertentu, Tigor tak hadir dalam perjumpaan mereka. Walaupun tak bisa dipungkiri Mikail selalu kena marah Susanti karena menyediakan malam minggunya untuk Tigor, menomorduakan dirinya sebagai pacar kekasih hati Mikail. Di pinggir pantai dengan pondok kecil muat dua orang sengaja disediakan penduduk setempat untuk para wisatawan yang ingin pacaran. Sambil makan nasi campur ikan bakar atau digoreng, para wisatawan dapat seenaknya bermesraan tanpa gangguan kiri kanan. Di tempat itulah Mikail dan Susanti menghabiskan malam minggunya 2 bulan yang lalu. Santapan ikan lele bakar yang dicolekan ke sambel pedas ditemani sayur selada mentah kesukaan pasangan ini telah lama habis. Susanti duduk berbaring di pangkuan Mikail yang duduk bersila sambil membelai-belai rambut Susanti. Sementara, Susanti mengelus-elus wajah Mikail dalam kondisi sedang naik birahi. Tak ada buaya yang menolak bangkai. Tak ada lelaki menolak perempuan yang sudah pasrah. Maka, dengan gelora membara Mikail hajar bibir Susanti dengan penuh gairah. Respon Susanti tentulah lebih dahsyat lagi. Tak kedengaran suara mereka selain suara mendengus kesesakan nafas. Aaa..ah…aaa.. Tangan Mikail mulai menjalar ke paha Susanti ketika bibir mereka semakin ganas beradu. Tangan Susanti merangkul erat pinggang Mikail, ketika tangan Mikail sudah meraba celana dalam Susanti dengan penuh nafsu birahi. Tiba – tiba AH!! Mikail setengah teriak, “Aku janji sama Tigor malam ini mau ke rumah Dr Pardomuan.” Mikail bergegas keluar dari pondok kecil menuju motor mereka. Susanti sangat keberatan, “Apa kau bisex? Kan janji dengan Tigor bisa ditunda karena kita dapat suasana yang enak malam ini. Jangan-jangan kaujanji bermesraan dengan Tigor.” Susanti marah besar. Dan sepanjang jalan ngebut digoncengan Mikail, Susanti terus menerus merepet marah besar atas kepanikan Mikail membawa motor.

“Jangan ngebut!” Susanti membentak keras. Tapi Mikail tak perduli, sepeda motor dipacu tetap dengan kecepatan tinggi, kembali menuju kota Rilmafrid.
Akibat insiden itu, cinta yang sedang bersemi antar mereka hampir saja putus. Susanti sangat keberatan terhadap Mikail yang merusak suasana mereka gara-gara Tigor. Bila saja Tigor tidak turun tangan membujuk hati Susanti yang sudah membatu, kisah cinta antar Mikail dan Susanti pasti berakhir. Dan sejak saat itu Tigor tak berani membuat janji dengan Mikail apabila malam minggu tiba.
bersambung…

*)Bahasa batak yang berarti ‘Kisah dari Tanah Rilmafrid’


EmoticonEmoticon