Rabu, 17 Oktober 2012

Permohonan Bantuan: Peduli Penderita HIV

Tags


save future

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi oportunistis. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun.Seseorang dapat meninggal dikarenakan infeksi penyakit/ virus lainnya. Salah satu dari sekian banyak cara penularan HIV adalah dari ibu ke anak melalui infeksi in utero, saat proses persalinan, dan atau melaui pemberian ASI. Para ibu ini mayoritas bukanlah pekerja seks maupun pelaku perilaku seksual yang beresiko ataupun penasun (pengguna narkoba dan jarum suntik). Mereka seringkali adalah korban dari ketidak tahuan atau kelalaian para suaminya.Mereka tidak ber”dosa”.

Senin, 08 Oktober 2012

Torsa Sian Tano Rilmafrid* #3

Tags
Cerita Bersambung Martin Siregar
Bagian 3.
 
parade orang


Saling memberi apresiasi terhadap karya sastra khususnya karya Mario Puzo serta mendiskusikannya sepanjang malam adalah alat perekat persahabatan Tigor dan Mikail. Apalagi sehabis nonton film-film Itali bertema spionase, pastilah Tigor sampai harus tidur di rumah Mikail guna memperbincangkan film-film tersebut. Lantas, pada sore hari sehabis kuliah parkir di rumah Susanti menceritakan segala hasil diskusi mereka sambil makan pisang goreng. Susanti akan sangat bahagia apabila Tigor dan Mikail berebut bercerita tentang proses diskusi mereka. Kedua lelaki itu sangat mengasihi Susanti, walaupun dengan intensitas yang berbeda. Dan, secara tidak langsung Susanti merasa ilmu pengetahuannya banyak bertambah akibat diskusi kedua kawan akrabnya yang kutu buku itu.
Bukan, berarti Tigor tidak menghargai suasana pribadi yang perlu dinikmati pasangan Mikail dan Susanti. Pada moment-moment tertentu, Tigor tak hadir dalam perjumpaan mereka. Walaupun tak bisa dipungkiri Mikail selalu kena marah Susanti karena menyediakan malam minggunya untuk Tigor, menomorduakan dirinya sebagai pacar kekasih hati Mikail. Di pinggir pantai dengan pondok kecil muat dua orang sengaja disediakan penduduk setempat untuk para wisatawan yang ingin pacaran. Sambil makan nasi campur ikan bakar atau digoreng, para wisatawan dapat seenaknya bermesraan tanpa gangguan kiri kanan. Di tempat itulah Mikail dan Susanti menghabiskan malam minggunya 2 bulan yang lalu. Santapan ikan lele bakar yang dicolekan ke sambel pedas ditemani sayur selada mentah kesukaan pasangan ini telah lama habis. Susanti duduk berbaring di pangkuan Mikail yang duduk bersila sambil membelai-belai rambut Susanti. Sementara, Susanti mengelus-elus wajah Mikail dalam kondisi sedang naik birahi. Tak ada buaya yang menolak bangkai. Tak ada lelaki menolak perempuan yang sudah pasrah. Maka, dengan gelora membara Mikail hajar bibir Susanti dengan penuh gairah. Respon Susanti tentulah lebih dahsyat lagi. Tak kedengaran suara mereka selain suara mendengus kesesakan nafas. Aaa..ah…aaa.. Tangan Mikail mulai menjalar ke paha Susanti ketika bibir mereka semakin ganas beradu. Tangan Susanti merangkul erat pinggang Mikail, ketika tangan Mikail sudah meraba celana dalam Susanti dengan penuh nafsu birahi. Tiba – tiba AH!! Mikail setengah teriak, “Aku janji sama Tigor malam ini mau ke rumah Dr Pardomuan.” Mikail bergegas keluar dari pondok kecil menuju motor mereka. Susanti sangat keberatan, “Apa kau bisex? Kan janji dengan Tigor bisa ditunda karena kita dapat suasana yang enak malam ini. Jangan-jangan kaujanji bermesraan dengan Tigor.” Susanti marah besar. Dan sepanjang jalan ngebut digoncengan Mikail, Susanti terus menerus merepet marah besar atas kepanikan Mikail membawa motor.

Dalam Hujan Ada Banyak Cinta

Tags
Cerita Nia Oktaviana


payung

Langkahku terhalang oleh kabut tebal yang bergelantungan di udara, hujan mengguyur di tempat aku berdiri. Gemuruh petir bersambut pada sore hari yang kelam oleh langit yang bertumpuk kegelapan. Aku berdiri selama beberapa detik ternyata waktu tak segera tiba. Kemudian kusabarkan diri menunggu hingga beberapa menit namun juga tidak hadir yang kuharapkan. Hingga akhirnya aku bosan menunggu. Tak tahu kapan hujan akan setia menghentikan langkah kakiku yang pilu. Kupandangi air hujan yang menetes membasahi bumi ini. Banyak yang berkeluh akan kedatangannya.
Ketika aku mulai terlarut dalam dinginnya sore itu, kudapati diriku termenung dalam hujan.
Semakin lama aku terdiam semakin banyak pula orang beramaian merapat mendekatiku dan duduk di sampingku. Namun mereka semua sibuk dengan keluh kesahnya kepada hujan. Dan tak ada satu pun dari mereka yang menyapaku dan mencoba mengisi kekosongan hatiku yang membeku karena hujan dan segenap udara yang mendinginkan suasana waktu.
Aku duduk bersama deretan teman-teman yang tak cukup aku kenal namun di antara kami masih menggunakan atribut yang sama yaitu seragam sekolah. Untungnya hujan berbaik hati menahanku untuk pulang ke rumah di posisi saat aku masih berada di sekolah, jadi aku sedikit lega dan tidak merasa asing di tempat itu.
Sejenak aku berpikir, mengapa aku harus menangisi hujan yang sebenarnya adalah anugerah dari Tuhan? Mengapa aku tidak menyambut hujan dengan penuh cinta? Mengapa aku harus berpikir bahwa hujan telah mengganggu hidupku?
Semua pertanyaan itu terjawab ketika aku mencoba mengamati orang-orang di sekelilingku.
Sepasang kekasih saling berpegangan tangan dengan penuh cinta dalam dinginnya hujan. Mereka justru memberi kasih sayang yang lebih saat hujan tiba. Mereka lebih saling melindungi saat kemungkinan hujan akan membuat salah satu dari mereka sakit. “Tetaplah disini bersamaku karena hujan masih saja deras dan aku takut kau sakit karenanya,” itulah perkataan yang kudengar dari mulut si lelaki muda itu ketika mencoba menahan kekasihnya ingin bergegas pulang ke rumah.

Jajanan Bocah

Tags
maem di jalan

Adalah seorang bocah yang senang bertanya pada Ayahnya ketika menurutnya ada sesuatu yang janggal. Suatu hari rumahnya didatangi pengemis dan bocah itu melemparkan uang kepada pengemis itu. Sang Ayah pun menegurnya. Lalu bocah itu membela diri, katanya,”Ayah, orang itu pemalas. Badannya masih sehat tapi mengemis.”
“Aku menyuruhmu memberi uang dengan cara yang baik, supaya ia belajar malu. Kalau kamu ingin menjadi anak baik, lakukan dengan cara yang baik.”