Selasa, 10 Juli 2012

Ruang Kosong

Tags
Puisi Ragil Koentjorodjati

hati kosong
 
 
 
Ada pahit yang kusesap,
menyelinap di sela senyap,
saat ledak tawamu tinggal harap
Ada sepi yang bersembunyi,
menepi di sudut hati,
saat teduh matamu terpatri di dinding sunyi,
Ada dingin merusak rasa,
meliuk di antara angin senja,
saat wajah kita menjelma fatamorgana.

Ada wangi yang kusesali,
membasuh rambut hingga ujung kaki,
saat ingatan tentang kita nyaris mati.

Di nafas kerinduan musim basah,
selalu ada untukmu tempat bersinggah,
sisi batin yang tak lagi kautinggali,
kurawat dan tak bosan kupeluki.

Selasa, 03 Juli 2012

7 Keajaiban Kuno Di Dunia

Tags


1. Colossus Rodos
Colossus Rodos adalah patung Helios, yang terletak di pulau Rodos, Yunani, dibuat oleh Chares dari Lindos antara 292 dan 280 SM. Patung ini dianggap sebagai 7 keajaiban dunia kuno. Sebelum kehancurannya, patung ini berdiri lebih dari 30 meter, membuatnya sebagai patung tertinggi dalam dunia kuna. Colossus Rodos memiliki tinggi yang hampir sama dengan Patung Liberty.
Colossus Rodos
 
2. Taman Gantung Babilonia
Taman Gantung Babilonia adalah salah satu di antara tujuh keajaiban dunia kuno. Taman ini dibangun oleh Nebukadnezar II sekitar tahun 600 SM sebagai hadiah untuk istrinya, Amyitis. Lokasi taman ini sekarang berada di negara Irak.
Taman Gantung Babilonia
 

Candik Ala

Tags
Cerpen GM Sudarta


koleksi foto ragil koentjorodjati

Candik Ala: Foto by Ragil

Setelah matahari tengah hari tergelincir, langit berangsur berubah berwarna kuning. Sinar menyilaukan berpendar-pendar membiaskan kabut kuning menerpa seisi alam. Cuaca seperti inilah yang oleh ibu disebut sore “candik ala”. Suatu sore yang jelek. Suatu sore yang membawa malapetaka dan penyakit. Dalam cuaca seperti ini, kami diharuskan masuk ke dalam rumah.
Aku tidak lagi mau bertanya kepada ibu, perihal kenapa kita mesti takut kepada cuaca seperti itu. Karena kalau aku bertanya hal-hal aneh, seperti misalnya larangan untuk duduk di depan pintu yang nanti akan dimakan Batara Kala, akan selalu dijawab dengan nada agak marah, dengan kata yang tak kupahami maksudnya: “Ora ilok!” kata ibu.
Tapi kali itu, setelah beberapa kali mengalami sore candik ala, aku tak tahan lagi untuk tidak bertanya tentang ayah, yang sudah berbulan-bulan tidak pulang. Ibu seperti menghindar, memalingkan muka menyembunyikan wajahnya, sambil jawabnya:
“Nanti juga kalau saatnya pulang, pasti pulang.”
“Apa nggak kena penyakit karena candik ala, Bu?” tanyaku tak sabar. Ibu diam saja.
Memang, kadang-kadang setengahnya aku kurang percaya dengan hal-hal aneh demikian, tapi kadang kala pula hati dibuat ciut dengan kejadian seperti yang pernah kami alami tahun lalu. Menjelang tengah malam kudengar suara kentongan bertalu-talu, seperti jutaan kentongan dipukul bersamaan. Semula terdengar samar-samar, seperti dari kejauhan, semakin lama semakin keras seperti semakin mendekat. Ibu segera berdiri di balik pintu depan, sambil komat kamit membaca doa. Kudengar sepotong doanya:
“Ngalor, ngalor, aja ngetan aja ngulon.”